Jumat, 25 April 2014

Ujian Sebagai Evaluasi Sosial



Menguji adalah mengevalusi kemampuan individu . Ujian bukan saja menunjukkan nilai pengetahuan atau kemampuan secara social, tetapi juga telah merupakan peraturan dari sekolah. Sistem ujian yang mempunyai nilai historis ini juga digunakan untuk mengontrol efisiensi dari efektivitas pelaksanaan sekolah.
Tiga tipe evaluasi dalam pendidikan dan kurikulum yaitu: 1.evaluasi birokratif merupakan suatu layanan yang bersifat unconditional  terhadap lembaga-lembaga pemerintahan yang memiliki wewenang control terbesar dalam alokasi sumber-sumber pendidikan . Prinsip utama evaluasi birokratif pelayanan (service), penggunaan (utility), dan efisiensi (efficiency). Evaluasi otokratik merupakan layanan evaluasi terhadap lembaga-lembaga pemerintah yang mempunyai wewenang control cukup besar dalam mengalokasikan sumber-sumber pendidikan. Konsep utama evaluator otokratik adalah evaluasi yang bersifat prinsipil dan bersifat objektif. Evaluasi demokratik, merupakan layanan pemberian informasi terhadap masyarakat tentang program-program pendidikan. Konsep utama evaluator demokratif adalah, kerahasiaan, musyawarah, dan ketercapaian sasaran.

Rabu, 23 April 2014

Implementasi dan Peranan Evaluasi Kurikulum


         ·                Model evaluasi dan kaitannya dengan teori kurikulum
perbedaan konsep dan strategi pengembangan dan penyebaran individu, juga menimbulkan perbedaan dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang bersifat komparatif atau menekankan pada objeltif sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan menekankan isi.
         ·                Teori kurikulum dan teori evaluasi
Model evaluasi kurikulum berkaitan erat dengan konsep kurikulum yang digunakan seperti model pengembangan dan penyebaran dihasilkan oleh kurikulum yang menekankan isi. 
·                Evaluasi sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu evaluasi berisi suatu nilai yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu pertama evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat dinilai. Kedua evaluasi berisi suatu perangkat criteria praktis berdasarkan criteria-kriteria tersebut hasil dapat dinilai. 
         ·                Evaluasi dan penentuan keputusan
Pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan atau kurikulum yaitu guru, murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum, dan lain-lain.
         ·                Evaluasi dan consensus nilai
Dalam berbagai situasi pendidikan serta kegiatan pelaksanaan evaluasi sejumlah nilai-nilai dibawakan oleh orang-orang yang berp[artisipasi dalam kegiatan penilaian evaluasi. Para partisipan dalam evaluasi pendidikan terdiri atas orang tua, anak murid, guru, pengembang kurikulum, admonistartor, ahli politik, ahli ekonomi, penerbit, arsitek dan sebagainya.

 



Senin, 21 April 2014

Konsep Kurikulum



1.             Penekanan Kepada Isi Kurikulum
Strategi pengembangan yang menekankan isi merupakan yang paling lama dan banyak digunakan tetapi juga terus mendapat penyempurnaan atau pembaruan. Berikut hal-hal yang mendorong pembaharuan yaitu:
·         Karna didorong oleh tuntutan untuk menguatkan kembali nilai-nilai moral dan budaya masyarakat.
·         Karna perubahan dasar filosofis tentang struktur pengetahuan.
·         Karena adanya tuntutan bahwa kurikulum harus lebih berorientasi pada pekerjaan.

2.             Penekanan Pada Sitasi Pendidikan
Tipe kurikulum ini lebih menekankan pada masalah dimana masalah tersebut bersifat khusus tapi sangat memperhatikan dan disesuaikan dengan lingkungan. Tipe ini akan menghasilkan kurikulum berdasarkan situasi lingkungannya, seperti kurikulum pedesaan, kelompok masyarakat nelayan, daerah pesisir dan pegunungan. Tujuannya adalah menghjasilkan kurikulum yang benar-benar merefleksikan dunia kehidupan dari lingkungan anak.

3.           Penekanan Pada Organisasi
Tipe kurikulum ini sangat menekanka pada proses belajar mengajar. Meskipun dengan berbagai perbedaan dan adanya pertentangan, seperti antara konsep system intruksional.



Kamis, 17 April 2014

Evaluasi dan Kurikulum



Hasil-hasil evalusi kurikulum dapat digunakan oleh guru, kepala sekolah dan para pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, milih bahan pelajaran, memilih metode dan alat bantu pelajaran, cara penilaian serta fasilitas pendidikan lainnya.
            Evalusi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, disebabkan beberapa faktor, yaitu:
1.           Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena yang terus berubah.
2.           Objek evalusi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai konsep kurikulum yang digunakan.
3.           Evalusi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.
Evaluasi dan kurikulum merupakan dua disiplin yang berdiri sendiri. Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan member warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolisioner.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan. Komponen-komponen kurikulum yang dievaluasi juga sangat luas. Program evalusi kurikulum bukan hanya mengevalusi hasil belajar siswa dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa, sarana, fasilitas, dan sumber-sumber belajar lainnya.

Selasa, 15 April 2014

Model-model Pengembangan Kurikulum



1.             The administrative model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling banyak dikenal. Administrator pendidikan membentuk suatu komisi atau tim pengarah pengembangan kurikulum. Tugas tim dan komisi ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.
2.             The grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama, inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan dating dari atas, tetapi dari bawah yaitu guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurikulum yang pertama digunakan dalam system pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi, sedangkan model grass roots akan berkembang dalam system pendidikan yang bersifat desentrasisasi. Pengembangan kurikulum yang bersifat desentralisasi dengan model grass rootsnya memungkinkan terjadi kompetisi di dalam meningkatkan mutu dan system pendidikan,  yang pada gilirannya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif
3.             Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum ini, dikembangkan oleh beauchamp, seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan 5 hal di dalam pengembangan suatu kurikulum. Pertama, menetapakan arena atau lingkup wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum tersebut , kedua menetapkan personalia, yaitu siapa-siapa yang turut atau terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ketiga, organisasi dan prosedur dan pengembangan kurikulum, keempat, implementasi kurikulum , kelima, evaluasi kurikulum.
4.             The demonstration model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Beberapa kebaikan dari pengembangan dari pengembangan kurikulum dengan model ini, pertama, karena kurikulum disusun dan dilaksanakan dalam situasi tertentu yang nyata, maka akan dihasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis. Kedua, perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk yang ditolak oleh administrator, dibandingakan dengan perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh, ketiga, pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model demonstrasi dapat menembus hambatan yang sering dialami yaitu dekomentasi bagus tetapi pelaksanaannya tidak ada, keempat, model ini sifatnya yang grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan narasumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru. Kelemahan model ini adalah, bagi guru-guru yang tidak turut berpartisipasi mereka akan menerimanya dengan enggan-enggan, dalam keadaan terburuk akan terjadi apatisme
5.             Taba’s inverted model
Ada 5 langkah dalam pengembangan kurikulum model ini, pertama, mengaadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru. Langkah kedua, menguji unit eksperimen. Yang ketiga, mengadakan revisi dan konsolidasi, keempat, penembangan keseluruhan kerangka kurikulum. Langkah kelima, implementasi dan diseminasi, yaitu menerapkan kurikulum baru ini pada daerah atau sekolah yang lebih luas.
6.             Roger’s interpersonal relations model
Ada 4 langkah dalam pengembangan kurikulum model ini, pertama, pemilihan target dari system pendidikan, langkah kedua, dalam pengembangan kurikulum model ini, adalah partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensif, langkah ketiga, pengembangan pengalaman kelompok yang intensif satu kelas atau unit pelajaran, langkah keempat, partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompok. Model pengembangan kurikulum dari roger berbeda dari model-model lainnya. Sepertinya tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, yang ada hanyalah rangakaian kegiatan kelompok
7.       The systematic action-research model
Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangankurikulum merupakan perubahan sosial. Prosedur action research. Langkah pertama, mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum, kedua, implementasi dari keputusan  yang diambil dalam tindakan utama
8.             Energing technical model
Tumbuh kecenderungan-kecenderungan baru yang didasarkan atas perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan, diantaranya : 1. The behavioral analysis model. 2. The system analysis model. 3. The computer based model.


My Blog List