Jumat, 07 Februari 2014

Asam dan Basa



Asam didefinisikan sebagai senyawa yang  menghasilkan ion hidrogen (H+) ketika larut dalam pelarut (biasanya air). 


Basa didefinisikan sebagai senyawa yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) ketika larut dalam pelarut air.


Definisi Bronsted Lowry, asam: zat yang menghasilkan dan mendonorkan proton (H+) pada zat lain basa: zat yang dapat menerima proton (H+) dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) –>NH4Cl(s) … (9.11)
simbol (g) dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl
+
H2O
–>
Cl-
+
H3O+
(9.12)
asam1

basa2

basa
konjugat 1

asam
konjugat 2


Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl- adalah sebuah proton, dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl- juga disebut sebagai pasangan asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO32- bersifat basa. Dalam reaksi antara ion CO32- dan H2O, yang pertama berperan sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam basa konjugat.
H2O
+
CO32-
–>
OH-
+
HCO3-
(9.12)
asam1

basa2

basa
konjugat 1

asam
konjugat 2


Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagao asam atau basa. Air adalah zat amfoter yang khas. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion hidronium dan ion hidroksida adalah contoh khas reaksi zat amfoter
H2O
+
H2O
–>
OH-
+
H3O+
(9.12)
asam1

basa2

basa
konjugat 1

asam
konjugat 2


Teori Asam Basa Sistem Pelarut
Asam basa sistem basa sistem pelarut dikembangkan oleh Cady Esley. Berdasarkan teori ini, asam sistem pelarut yaitu spesies kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat meningkatkan konsentrasi kation karakteristik dari pelarut tersebut. Contoh cairan NH4Cl dilarutkan dalam cairan NH3, maka NH4Cl bertindak sebagia asam sistem pelarut karena dalam NH3, cairan NH4Cl teriosisasi menjadi NH4+ + Cl-. NH4+ inilah yang disebut kation karakteristik pelarut (KKP). Sedangkan basa sistem pelarut yaitu suatu spesi kimia yang bila dilarutkan dalam pelarut tertentu dapat meningkatkan anion karakteristik plarut tersebut.  Contoh melarutkan kristal NaCl dalam cairan POCl2, maka NaCl disebut anion karakteristik pelarut (AKP). Karena dalam campuran NaCl terurai menjadi Na+ dan Cl-. Cl- inilah yang disebut AKP. Lalu bagaimana jika padatan KCl dilarutkan dalam cairan NH3?. Jika hal ini dilakukan maka bukan termasuk teori asam basa sistem pelarut karena KCl tidak menigkatkan kation maupun anion karakteristik pelarut. Dalam hal ini pelarut tidak mengandung ion K+ dan Cl- hasil ionisasi KCl.
 Teori asam basa Lux-Flood
Berdasarkan teori ini asam dan basa ditinjau dari donor dan apseptor ion oksida. Asam yakni spesi kimia yang dapat menonorkan ion oksida (O2-), sedangkan suatu basa spesi yang dapat menerima (aseptor ion oksida). Teori ini biasanya digunakan untuk meramalkan reaksi-reaksi yang berlangsung pada suhu tinggi dan proses metalurgi.
Contoh reaksi antara CaO (kapur) dan SiO2 (pasir) yang terjadi pada suhu tinggi. Persamaan reaksi yang terjadi sebagai berikut.
        CaO(s) + SiO2(s0 → CaSiO3(s)

Reaksi CaO atau SiO2 dapat pula terjadi pada suhu rendah sesuai persamaan berikut.
       SO3(g) + H2O(l0 → H2SO4(aq)
       SiO2(g) + H2O(l) → H2CO3(aq)

Teori Asam Basa Lewis

Pada umumnya definisi asam-basa mengikuti apa yang dinyatakan oleh Arrhenius atau Bronsted-Lowry, tapi dengan adanya struktur yang diajukan Lewis muncul definisi asam dan basa baru.
Asam Lewis didefinisikan sebagai spesi yang menerima pasangan elektron.
Basa Lewis didefinisikan sebagai spesi yang memberikan pasangan elektron.
Sehingga H+ adalah asam Lewis, karena ia menerima pasangan elektron, sedangkan OH- dan NH3 adalah basa Lewis, karena keduanya adalah penyumbang pasangan elektron. Yang menarik dalam definisi asam Lewis adalah, terdapat senyawa yang tidak memiliki hidrogen dapat bertindak sebagai asam. Contoh, molekul BF3. Jika kita menentukan struktur Lewis dari BF3, tampak B kurang dari oktet dan dapat menerima pasangan elektron., sehingga dapat bertindak sebagai asam Lewis Dalam kenyataan molekul yang tidak mencapai oktet sering merupakan asam Lewis yang kuat karena molekul tersebut dapat mencapai konfigurasi oktet dengan menerima pasangan elektron tak berikatan. Senyawa yang termasuk dalam perioda yang lebih bawah dari perioda dua dapat bertindak sebagai asam Lewis sangat baik, dengan memperbanyak susunan valensi terluar mereka. Akibatnya, SnCl4 bertindak sebagai asam Lewis berdasarkan  reaksi berikut:
SnCl4  +   2Cl-( aq)  →   SnCl 62-
Atom pusat dikelilingi 12 elektron valensi, elektronnya menjadi lebih banyak dari 8.
Pengaruh Elektronik. Keeletronegatifan pensubstitusi memberikan pengaruh yang nyata. Jadi kekuatan basa dan asam di pengaruhi secara berlawanan, seperti tampak pada contoh berikut

 Basa   :    (CH3)3N > H3N > F3N
Asam  :    (CH3)3B < H3B < F3B
Makin bersifat menarik electron ( elektronegatif ) pensubstitusi tersebut, makin nyata keasaman lewisnya dan mengurangi kebasaan lewisnya.
Pengaruh Sterik. Pengaruh tersebut dapat beragam lihat gambar pada halaman 197 .



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Blog List