Minggu, 25 Mei 2014

Unsur Transisi Periode Kedua dan Ketiga



kedua dan ketiga dikelompokkan pembahasannya menjadi satu karena mempunyai sifat-sifat kimia yang serupa tetapi keduanya menunjukkan perbedaan yang  mencolok dari unsur periode pertama. Beberapa contoh dapat digambarkan sebagai berikut : meskipun ion Co(II) dapat membentuk kompleks tetrahedral dan oktahedral yang sangat karakteristik, kompleks RhII7yang dapat dibentuk sangat sedikit dan kompleks dari IrII hampir-hampir tidak ditemukan.            Perbandingan umum dengan unsur transisi periode pertama, secara umum unsur transisi periode Serupa dengan hal itu untuk ion Mn2+ sangat stabil, tetapi Tc dan Re pada tingkat oksidasi II yang diketahui membentuk kompleks sangat sedikit. Ion Cr(III) dapat membentuk kompleks kation dengan ligan amin, dimana MoIII dan WIII sangat sedikit yang membentuk senyawa kompleks bahkan tidak ada yang sangat stabil. Contoh lain CrVI merupakan peragen pengoksidasi yang sangat kuat, sedangkan MoVI dan WVI mempunyai sifat yang lebih stabil dan menunjukan peningkatan stabilitas yang berarti dalam anion okso polinuklir.
Beberapa hal penting dari unsur-unsur transisi deret kedua dan ketiga  dibandingkan dengan deret pertama adalah :
1.Jari-jari.
Jari-jari logam dan ion untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga lebih besar dibanding periode pertama. Sedangkan perbedaan jari-jari logam dan ion unsur periode ketiga dan kedua sangat kecil, walupun terdapat kenaikan nomor atom dan jumlah total elektron, hal ini karena adanya pengerutan lantanida.
2.Tingkat Oksidasi.
Untuk unsur transisi periode kedua dan ketiga, pada tingkat oksidasi tinggi umumnya lebih stabil daripada unsur periode pertama. Jadi unsur-unsur Mo, W, Tc, dan Re dalam bentuk anion okso dalam keadaan valensi tinggi tidak mudah direduksi, dimana analog dengansenyawa dari unsur transisi periode pertama ketika mereka berada pada valensi tinggi merupakan zat pengoksidasi yang
kuat. Beberapa senyawaan seperti WCl6, ReF7, RuO4 dan PtF6 tidak memiliki analog dengan senyawaan unsur transisi deret pertama. Dalam kasus yang sama kompleks dan ions aquo pada keadaan valensi rendah khususnya dua dan tiga yang pada unsur transisi periode pertama memegang peran yang sangat besar, hal ini relatip tidak terlalu penting untuk unsur transisi periode II dan III.
3.Kimia Larutan. Ion akuo dari unsur transisi periode kedua dan ketiga pada keadaan valensi rendah dan sedang tidak umum didapatkan atau tidak terlalu penting.
4.Ikatan Logam-logam.
Umumnya unsur-unsur transisi periode kedua dan ketiga akan lebih mudah untuk membentuk ikatan M-M dari pada unsur transisi periode I. Untuk unsur-unsur transisi periode I yang lazim membentuk ikatan logam-logam terdapat pada senyawaan polinuklir logam karbonil dan senyawaan runutannya dan dalam beberapa senyawa kompleks binuklir, terutama karboksilat divalensi seperti misalnya Cr2(CO2Me)4(H2O)2.
5.Sifat Magnetik.
Umumnya unsur-unsur periode kedua dan ketiga mempunyai sifat magnetik yang sedikit penggunaannya dibandingkan dengan unsur transisi periode pertama. Unsur-unsur periode kedua dan ketiga berkecenderungan besar membentuk kompleks spin rendah.
6.Stereokimia.
Unsur-unsur transisi periode kedua dan ketiga umumnya mempunyai bilangan koordinasi yang lebih tinggi yaitu VIII dan VIII dibandingkan unsur transisi periode pertama, dengan pengecualian untuk unsur platina bilangan koordinasi tertinggi 6. 

Sumber :

Darjito, S. Si., M.Si.
Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dann Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Brawijaya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

My Blog List